Search

Setahun Donald Trump dan Enam Grafik Ekonomi AS

WASHINGTON - Pemerintahan Donald Trump di Gedung Putih telah memasuki usia satu tahun dan sejak saat itu pengusaha eksenterik tersebut berulang kali kerap menggaungkan kebangkitan baru ekonomi Amerika Serikat (AS). Namun dalam perjalannya, Trump kerap mengeluarkan kebijakan kontroversial dari mulai proteksi perdagangan hingga keputusan keluar dari perjanjian dagang NAFTA.

Bahkan kemarin, kegagalan kompromi di Senat AS mengenai pendanaan operasional pemerintah, berujung pada ‘government shut-down‘ tepat setahun setelah Trump menjadi presiden. Pemerintah Amerika Serikat tutup sebagian pada hari Sabtu (20/01) setelah Senat AS gagal mencapai kesepakatan mengenai dana anggaran belanja pemerintah federal.

Berikut enam grafik yang mengeksplorasi hubungan satu tahun pemerintahan Trump dengan pertumbuhan ekonomi AS, pasar tenaga kerja hingga perdagangan seperti dilansir BBC. Pertama, pertumbuhan ekonomi AS dimana Trump kerap mengungkapkan keinginannya untuk mendongkrak ekonomi Negeri Paman Sam -julukan AS- ke level pertumbuhan setinggi 6%.

Angka terbaru, yang dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan AS pada bulan Desember, menunjukkan bahwa tingkat tahunan pertumbuhan berada di angka 3,2% pada kuartal ketiga tahun 2017. Namun setelah Bank Sentral AS alias The Federal Reserve, menaikkan suku bunga untuk ketiga kalinya pada 2017 di bulan Desember, kemungkinan pertumbuhan akan melambat dalam beberapa bulan mendatang.

Kedua, pasar saham AS atau Wall Street sempat mencetak rekor. Dow Jones Industrial Average yang menaungi saham 30 perusahaan besar AS telah meningkat ke level tertinggi sepanjang tahun lalu dalam periode yang membentang dari Agustus 2016, tepat sebelum pemilihan Trump. Bursa saham AS lainnya, termasuk indeks Standard & Poor's 500 dan indeks Nasdaq juga sempat menyentuh titik tertinggi dalam sejarah.

Para pendukung pemerintahan AS di bawah kepemimpinan Trump berpendapat bahwa pemotongan pajak perusahaan, yang disahkan sesaat sebelum Natal, membantu meningkatkan saham AS. Hal itu bersamaan dengan kebijakan proteksi AS serta tidakan kerasnya terhadap birokrasi dan janji-janji investasi infrastruktur.

Ketiga, penurunan tingkat pengangguran AS. Dimana angka pengangguran turun menjadi 4,1% pada bulan Desember serta mendekati posisi terendah yang pernah tercatat sebesar 3,9% di tahun 2001. Ini kurang dari setengah dari posisi puncak 10% pada tahun 2010, yang dicapai setelah krisis keuangan global. Namun, tren penurunan ini dimulai saat Presiden Barack Obama menjabat. Dimana ketika Obama meninggalkan Gedung Putih, tingkat pengangguran menyusut 4,8%.

Keempat, upah pekerja relatif berada pada tren mendatar. Terlepas dari indikator ekonomi positif lainnya, tingkat upah AS bergerak flat sejak Trump menjabat. Pertumbuhan upah stabil antara 2,5% dan 2,9% tanpa menunjukkan kenaikan berarti dalam 12 bulan terakhir.

Para ekonom mengutarakan pada kenyataannya, masih coba untuk memahami mengapa pengangguran rendah tidak menyebabkan kenaikan upah. Namun, perkiraan umum untuk 2018 adalah bahwa upah akan meningkat jika pengangguran terus turun.

Kelima, pekerja belum maksimal terserap. Salah satu penjelasan yang menyebabkan upah stagnan yakni jumlah angkatan kerja AS yang lebih tinggi setelah resesi 2007-2009, melampaui perkiraan sebelumnya. Sementara di sisi lain daya serap belum maksimal apabila melihat tingkat pastisipasi angkatan kerja, meski jumlah pengangguran turun.

Keenam, defisit perdagangan meningkat ketika Trump mengklaim memperbaiki perdagangan AS sebagai prioritas pemerintahannya. Namun, defisit perdagangan negara (ketika impor lebih tinggi dari ekspor) kenyataanya telah meningkat ke level yang belum pernah tercatat sejak 2008.

Bagian dari penjelasan untuk defisit tersebut adalah bahwa pertumbuhan ekonomi AS yang terus berlanjut, dan peningkatan kepercayaan konsumen, telah menyebabkan peningkatan barang yang dibeli oleh pembeli AS dari luar negeri. Namun, neraca perdagangan negatif dapat meningkatkan tekanan pada pemerintahan Trump.

Apalagi ketika Negara Adidaya tersebut sekarang berada di luar kesepakatan perdagangan Trans-Pacific Partnership (TPP) dan di tengah negosiasi ulang Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara atau NAFTA.

(akr)

Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi dong https://ekbis.sindonews.com/read/1275810/35/setahun-donald-trump-dan-enam-grafik-ekonomi-as-1516624935

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Setahun Donald Trump dan Enam Grafik Ekonomi AS"

Post a Comment

Powered by Blogger.