
Dia menilai, pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa industri di Tanah Air mulai menggeliat kembali. Apalagi, yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah realisasi impor untuk bahan baku sebesar 32,26%. Padahal, di periode sama tahun sebelumnya pertumbuhan impor bahan baku hanya sekitar 18,6%.
"Impor kita mengalami kenaikan, itu menunjukkan kenaikan dari sektor industri. (Impor naik) dari USD9,88 miliar jadi USD12,61 miliar. Ini mainly bahan baku," katanya di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Selasa (20/2/2018).
Tidak hanya itu, lanjut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, impor untuk barang modal juga mengalami perkembangan positif. Di mana pada awal 2018, impor barang modal tumbuh 20,89%, sementara pada Januari 2017 justru mengalami kontraksi -1,32%.
"Ini momentum positif yang sangat baik. Untuk bahan konsumsi juga mengalami pertumbuhan," tambah dia.
Jika dilihat dari per sektor, industri yang mengalami pertumbuhan cukup signifikan di antaranya industri pengolahan dengan pertumbuhan impornya sebesar 26,7%. Kemudian industri pertambangan dan penggalian dengan realisasi impor naik 7,76%, industri pertanian dan kehutanan naik 74,06%, serta impor industri informasi dan komunikasi naik 50,59%.
"Kalau dibanding tahun lalu kenaikannya sangat nyata. APBN 2018 menunjukkan suatu kinerja yang sangat positif. Berarti ada kegiatan ekonomi di sektor yang meningkat, apa dari manufaktur, pertambangan, dan sektor pertanian atau komunikasi," jelasnya.
(izz)
Baca Lagi dong https://ekbis.sindonews.com/read/1283634/34/industri-mulai-menggeliat-realisasi-devisa-impor-naik-2767-1519117838Bagikan Berita Ini
0 Response to "Industri Mulai Menggeliat, Realisasi Devisa Impor Naik 27,67%"
Post a Comment