
loading...
Kedua, kinerja neraca perdagangan yang defisit serta proyeksi pembayaran utang yang jatuh tempo pada tahun ini, yang jauh lebih besar daripada tahun lalu. "Semua ini terakumulasi menciptakan sentimen negatif walaupun fundamental ekonomi masih relatif baik," ungkap Piter saat dihubungi, Kamis (8/3/2018).
Dia menyebutkan, pelemahan yang diakibatkan sentimen pasar ini diperkirakan bersifat jangka pendek. Di sisi lain, revisi APBN menurut dia sudah perlu dipersiapkan tetapi bukan semata-mata karena pelemahan rupiah.
Hampir semua asumsi makro dalam APBN 2018 memang harus ditinjau ulang. Selain nilai tukar, sambung dia, harga minyak perlu direvisi, demikian juga dengan inflasi dan bunga surat perbendaharaan negara (SPN).
"Cadangan devisa selama sebulan terakhir mengalami penurunan sekitar USD3 miliar. Penurunan ini selain disebabkan intervensi yang dilakukan BI untuk meredam pelemahan rupiah, juga untuk pembayaran utang dan bunga utang pemerintah," urai Piter.
Menurutnya, arah nilai rupiah masih sulit diprediksi dalam periode jangka pendek ini, dan bergantung kepada bagaimana efektivitas intervensi BI menenangkan pasar. "Tapi dalam jangka panjang sepanjang tahun 2018 ini, saya memperkirakan rupiah secara rata-rata masih akan berada di kisaran Rp13.500," tandasnya.
(ven)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "CORE: Arah Rupiah Masih Sulit Diprediksi"
Post a Comment