
loading...
Sri Mulyani mengatakan, rata-rata nilai tukar sepanjang 2018 akan berada di angka Rp13.793 per USD atau lebih tinggi ketimbang asumsi dana Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018 yakni Rp13.400 per USD.
"Banyak faktor yang membuat pemerintah mewaspadai pelemahan rupiah, terutama terkait kebijakan bank sentral AS menaikkan suku bunga acuan Fed Rate dan perang dagang yang dilancarkan AS sehingga dolar makin menguat jika dibanding mata uang negara lain," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (17/7/2018).
Dia menambahkan, proyeksi defisit APBN hingga akhir tahun ada di angka 2,12% dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau lebih kecil dibanding target APBN yakni 2,19% dari PDB.
"Secara fiskal, defisit yang lebih kecil seharusnya mengurangi tekanan mata uang, karena ada proyeksi pengurangan utang pemerintah," jelasnya.
Kendati demikian, Sri Mulyani mengatakan bahwa mata uang NKRI akan mengalami penguatan di semester II 2018. Meskipun di akhir pekan ini, rupiah terus melemah pada mata uang dolar Amerika Serikat.
"Ini akan jadi PR untuk diperkuat namun dari sisi pondasi dan transaksi berjalan depresiasi rupiah dibandingkan negara lain masih cukup justified," jelasnya.
(ven)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sri Mulyani Prediksi Kurs Rupiah Rp14.200/USD di Semester II 2018"
Post a Comment