
loading...
Mengutip dari Reuters, Kamis (1/11/2018), indeks USD terhadap enam mata uang pesaing lainnya, naik 0,13% menjadi 97,12, level tertinggi sejak Juni 2017.
"Jika Anda melihat negara-negara G10 serta beberapa pasar negara berkembang, mereka telah terpukul oleh dolar AS selama enam bulan terakhir. Dan pergerakan mereka selama tiga minggu terakhir pun tidak dapat membantu," kata Minh Trang, pedagang senior mata uang asing di Silicon Valley Bank di Santa Clara, California.
Trang menambahkan, ada dua mata uang utama yang merasakan keperkasaan dolar AS yaitu euro dan poundsterling Inggris. Euro tergelincir 0,28% melawan greenback, sementara USD naik tipis 0,06% terhadap yen Jepang. Kedua mata uang ini telah merosot lebih dari 2% sepanjang Oktober 2018.
Berita ekonomi yang kurang bahagia dari wilayah Uni Eropa telah membebani euro, sementara kekhawatiran terkait Brexit telah menyakiti pound Inggris.
Adapun USD sedang menikmati kebahagiaan berkat laporan ekonomi AS yang kuat. ADP National Employment pada Rabu waktu AS melaporkan pertumbuhan tenaga kerja swasta bertambah 227.000 orang, lebih tinggi dari September sebanyak 189.000 tenaga kerja. Hasil di Oktober ini merupakan pertumbuhan pekerjaan paling tinggi dalam delapan bulan terakhir.
Laporan ini ditengarai akan membuat Federal Reserve menaikkan suku bunga lagi pada Desember. Dan rencana Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga pada tahun depan, kemungkinan sulit mengerek euro lebih tinggi karena adanya kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi di Uni Eropa.
"Lebih dari setahun ini, ekonomi AS sedang membaik. Dan investor melihat kondisi ekonomi Amerika Serikat lebih baik daripada saingan perdagangannya dalam menghadapi perang dagang," ujar Trang.
(ven)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kekuatan Ekonomi AS Membuat Dolar Semakin Berotot"
Post a Comment