
loading...
"Perlu dimanfaatkan yakni mendorong perusahaan yang memiliki beban bahan baku impor, untuk melakukan pembelian lebih awal mumpung biaya impor sedikit turun. Ini menjadi momentum yang bagus untuk menyimpan stok lebih banyak digudang, karena tidak ada yang bisa menebak sampai kapan penguatan rupiah berlanjut," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta,Rabu (7/10/2018).
Lebih lanjut, terang dia pemerintah juga harus mengelola cadangan devisa (Cadev) lebih baik sehingga tidak tergerus. Seperti diketahui belakangan penurunan Cadev diakibatkan adanya intervensi rupiah melalui SBN di pasar sekunder. "Jadi Cadev tidak terlalu berkurang untuk intervensi rupiah," paparnya.
Kegiatan ekspor-impor juga menyumbang penurunan cadangan devisa. Pada Oktober terjadi perlambatan ekspor khususnya komoditas primer seperti sawit dan karet. Di sisi lain, tekanan pada impor migas sedikit menurun meskipun rupiahnya melemah.
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada periode September 2018 mengalami surplus sebesar USD227 juta. Namun di akhir tahun ada lonjakan impor migas karena seasonal natal tahun baru dimana permintaan bahan bakar minyak (BBM) tinggi.
(akr)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pemerintah Harus Ambil Momentum Penguatan Rupiah"
Post a Comment