Search

Bahan Bakar Gas Didorong untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi

loading...

PENGEMBANGAN kendaraan berbahan gas dengan memanfaatkan gas bumi terus dilakukan. Meskipun terkendala infrastruktur yang minim, penggunaan energi baik ini terus di dorong karena memberikan banyak memberikan manfaat.

Antrean mobil dan bajaj terlihat mengular di sebuah stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di kawasan Ketapang, Jakarta Pusat.

Satu per satu kendaraan yang antre dilayani dengan cepat di bawah terik matahari yang menyengat. Pengisian Bahan Bakar Gas (BBG) ke dalam kendaraan tak membutuhkan waktu lama, sekitar tiga hingga lima menit tergantung tekanan gas.

Di Jakarta, selain SPBG Ketapang milik PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), masih ada beberapa SPBG tersebar di beberapa wilayah. Diantaranya SPBG Ancol, SPBG Klender, SPBG Pondok Ungu, Mobile Refueling Unit (MRU) Monas, dan MRU Grogol, yang semuanya milik PGN.

Ada juga SPBG-SPBG yang dikelola badan usaha lainnya yang tersebar di Jakarta, Depok, hingga Bogor. Kusno (52), pengemudi taksi Bluebird tampak sabar menunggu antrean mobilnya diisi gas. Pria asal Malang, Jawa Timur, ini mengungkapkan, dalam sehari dia melakukan pengisian dua kali di SPBG.

Rata-rata setiap mengisi gas, Kusno harus merogoh kocek Rp48 ribu. Total dalam sehari, Kusno mengeluarkan biaya pengisian gas Rp96 ribu.

‘’Dibandingkan dengan menggunakan premium, biayanya Rp160 ribu. Itu jika premiumnya ada, kadang diisi Pertalite kan menjadi lebih mahal lagi. Menggunakan BBG sudah pasti sangat hemat,” ungkapnya.

Selain hemat, mobil berbahan bakar gas yang di kemu dikannya juga irit. “Jarak tempuhnya juga lebih jauh,” ujarnya. Meskipun harus menyetor Rp580 ribu setiap hari pada perusahaannya, namun Kusno mengaku masih mendapatkan uang lebih yang besar.

“Kalau untuk mobil yang BBM setorannya Rp525 ribu, tapi kadang tidak ada yang bisa dibawa pulang. Kalau mobil gas, meskipun setorannya lebih besar, tapi selalu ada sisa uang yang bisa dibawa pulang,” kata pria yang bermukim di belakang pool Bluebird Cengkareng itu.

Selain memberikan manfaat bagi user (pengguna), penggunaan bahan bakar gas dinilai membantu program pemerintah untuk mengurangi subsidi energi. “Sebaiknya subsidi BBM dialihkan untuk pendidikan, kesehatan, atau menambah SPBG supaya gampang isi gas,’’ harap Kusno.

Sebagai langkah nyata mendukung program peme rintah untuk mengonversi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG), PGN terus memperkuat infrastruktur gas di Tanah Air. Salah satunya, melalui anak usahanya PT Gagas Energi Indonesia, PGN menyediakan GasKu.

GasKu merupakan gas bumi andal dengan komposisi yang optimal guna memenuhi kebutuhan gas untuk sektor transpor tasi. GasKu sudah digunakan oleh operator taksi, bajaj, bus Transjakarta, maupun kendaraan dinas pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

GasKu saat ini ada di stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dan Mobile Refueling Unit (MRU) PGN yang tersebar di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, hingga Batam.

Menurut Operation and Commerce Director PT Gagas Energi Indonesia Dian Kuncoro, untuk memenuhi kebutuhan BBG, saat ini total SPBG yang sudah dibangun dan dioperasikan ada 12 unit tersebar di Batam, Lampung, Serang, Cilegon, Jakarta, Bogor, Sukabumi, Pondok Ungu, Bekasi, Ancol, Surabaya, dan Klender.

“Juga ada lima MRU di Bandung, Gresik, Monas, Bogor, satu lagi stand by untuk backup jika terjadi masalah di MRU lainnya,” katanya kepada Koran SINDO. Saat ini, pasokan BBG untuk transportasi sudah mencapai 1 MMSCFD (juta kaki kubik per hari) di semua SPBG milik PGN.

Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi dong https://ekbis.sindonews.com/read/1362495/34/bahan-bakar-gas-didorong-untuk-memacu-pertumbuhan-ekonomi-1544690485

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Bahan Bakar Gas Didorong untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi"

Post a Comment

Powered by Blogger.