
loading...
Dia menjelaskan, PR pertama adalah memperbaiki kinerja defisit transaksi berjalan (cuurent account deficit/CAD) menjadi di bawah 2% dari posisi saat ini yang telah menembus 3%.
"Kinerja CAD berkaitan dengan ekspansi ekspor ke pasar nontradisional, hilirisasi produk ekspor, menurunkan seluruh hambatan ekspor dan peningkatan daya saing produk lokal. Sementara soal impor tidak ada jalan pintas selain pacu produksi minyak domestik, percepat konversi minyak ke gas, dan tingkatkan peran energi terbarukan," ujar Bhima saat dihubungi SINDONews di Jakarta, Senin (31/12/2018).
Dia melanjutkan, PR kedua adalah menjaga kesehatan fiskal APBN. Pasalnya, tax ratio saat ini yang merosot di bawah 11% menurutnya adalah salah satu yang terendah di kawasan ASEAN. Pajak, kata Bhima, perlu diperluas ke basis yang baru.
"Jangan berburu di kebun binatang. Dari sisi belanja pemerintah di 2019 akan masuk dalam perangkap belanja 5 tahunan yakni memperbesar porsi belanja nonproduktif untuk menjaga elektabilitas," katanya.
Di luar hal itu, pemerintah juga diminta mengerem belanja pegawai yang tidak terlalu penting. Sebab, belanja pegawai memakan porsi yang besar di APBN.
"Bansos terus mengalami kenaikan di tahun politik. Belanja pegawai masih memakan porsi yg besar. Sementara defisit APBN masih di kisaran 2%. Jadi PR lain pemerintah adalah harus segera mengendalikan belanja agar semakin produktif dan efisien," tegasnya.
(fjo)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dua Hal Ini Masih Jadi PR Ekonomi Pemerintah di 2019"
Post a Comment