
loading...
Nomadic Tourism menjadi salah satu program unggulan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pada 2018. Setelah hampir setahun berjalan, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengapresiasi kesiapan dari industri pariwisata dalam mengembangkan nomadic tourism.
”Industri ternyata lebih siap dari yang saya duga. Makakita akan langsung pasarkan dan Kemenpar akan membantu promosinya,” ujarnya.
Menurut Menpar, nomadic tourism adalah gaya berwisata baru di mana wisatawan dapat menetap dalam kurun waktu tertentu di suatu destinasi wisata, dengan amenitas yang portable dan dapat berpindah-pindah.
Wujudnya bisa berupa karavan, glamour camping, home pod, dan lain-lain. Menpar memandang nomadic tourism sebagai solusi terbaik dalam menjawab keterbatasan amenitas seperti perhotelan.
Menurutnya, konsep nomadic tourism juga sangat berorientasi pada pelanggan, dengan positioning yang jelas yaitu milenial sebagai pasarutamanya.
Untuk itu, Menpar menginstruksikan agar konten promosi atau iklan-iklan pariwisata bisa menyesuaikan dengan selera generasi milenial. ”Milenial ini pasar yang sangat besar. Turis yang datang ke Indonesia, 50%-nya itu milenial,” sebutnya.
Sebagai catatan, pada 2030, Asia akan menjadi rumah bagi 57% penduduk usia 15-38 atau yang populer dengan sebutan generasi Y atau generasi milenial.
Di China kaum milenial akan mencapai 333 juta, Filipina 42 juta, Vietnam 26 juta, Thailand 19 juta, sedangkan Indonesia 82 juta. Sejalan dengan itu, pasar pariwisata Asia juga akan didominasi wisatawan milenial.
Sementara itu dari aspek pengembangan destinasi, Kemenpar akan mendorong pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata dan Badan Otorita, terutama di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas, agar mengalokasikan lahan untuk pengembangan nomadic tourism.
Hal ini diharapkan juga menjawab keluhan investor yang kesulitan mencari lahan. ”Saya akan meminta atau mewajibkan, 10% (dari lahan KEK) pertama yang dibangun harus nomadic. Tujuannya agar cepat tersedia amenitas, tidak harus menunggu. Nomadic itu mudah, murah, dan cepat,” tandasnya. Alam, budaya dan petualangan menjadi nafas dari nomadic tourism.
Maka, Indonesia yang memiliki 17.000 pulau dengan lebih dari 70.000 desa sangatlah potensial untuk mengembangkan wisata ini. Belum lagi kekayaan budaya dan keragaman suku yang bisa menjadi daya tarik wisata. Menpar pun mengaku optimistis dengan pengembangan nomadic tourismke depan.
Dengan filosofi dan tagline ”Solusi sementara sebagai solusi selamanya”, menteri asal Banyuwangi itu memandang nomadicsebagai cara paling tepat membangun pariwisata di negara kepulauan seperti Indonesia.
”Kalau tidak dengan konsep nomadic tourism, saya tidak akan pernah bisa membangun satu pun hotel di Ende (Nusa Tenggara Timur), misalnya. Kalau dengan nomadic, daerah punya kesempatan yang sama,” tuturnya.
Menpar menambahkan, pengembangan nomadic tourism tidak hanya dilakukan oleh investor lokal melainkan juga akan ditawarkan kepada investor asing dengan proporsi yang diharapkan mencapai 50:50.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Menpar Minta 10% Lahan KEK untuk Nomadic Tourism"
Post a Comment