
loading...
Meski demikian, pasar properti pada 2019 diprediksi tetap stabil. Kondisinya akan membaik menjelang paruh kedua. Yulius Fang dari Feng Shui Consulting Indonesia memprediksi kondisi pasar properti pada tahun Babi Tanah secara umum lebih baik dibanding kondisi pada tahun sebelumnya, yakni Anjing Tanah.
“Kalau Anjing Tanah itu unsurnya sama-sama tanah, sementara properti juga tanah, jadi slow down banget. Gambarannya seperti bukit, artinya properti stoknya banyak, pengembangnya banyak.
Baca Juga:
Sementara, elemen babi adalah air dan tanahnya itu kecil seperti lada, yang artinya juga tanah dalam kondisi gempur siap ditanam. Tanah yang lembek ini adalah tahunnya menanam, perlu kesabaran dan kejujuran,” kata Fang di Jakarta, kemarin.
Bertolak dari penjelasan tersebut, untuk sukses pada tahun Babi Tanah, seseorang perlu memiliki unsur air yang bersifat likuiditas, dinamis, dan fleksibel. Sifat ini terutama harus dimiliki mereka yang berbisnis di bidang properti.
“Pada tahun Babi Tanah, akan ada hambatan di sektor ekonomi. Namun, karena sifat air dinamis, dia masih bisa mengontrol. Tahun ini juga digambarkan situasi dari luar terlihat stabil, lambat, santai, tetapi di dalamnya ada dinamisme pertumbuhan.
Meski begitu, ada pertumbuhan disertai risiko, tantangan, dan kekhawatiran,” bebernya.
Tanah memiliki makna positif pada 2019. Tanah menyerap air dan menyediakan lingkungan subur, yang berarti peluang baru, termasuk dalam hal keuangan. Mengadaptasi sifat air yang dinamis, Fang menyarankan agar pelaku bisnis properti bersikap fleksibel untuk bertahan menghadapi perlambatan yang mungkin terjadi pada paruh pertama tahun 2019 ini.
“Pengembang sebaiknya terus menerapkan berbagai strategi yang berkaitan dengan kemudahan pada skema pembayaran, misalnya bebas bayar tiga bulan. Memang harus sabar. Konsumen yang juga pelaku investor tidak ada masalah untuk membeli pada tahun Babi Tanah.
Sebab, tahun lalu dan tahun ini harga (properti) berada pada posisi cukup rendah dan sangat direkomendasikan kepada investor,” ujarnya. Di sisi end user, permintaan itu tetap ada dan mereka cukup cerdas.
“Bagi konsumen dengan penghasilan tetap dan mampu membeli properti, saat ini adalah prospek yang bagus karena permintaan dan suplai bertemu, sehingga penentuan membeli pada tahun Babi Tanah tidak terkendala untuk kelas menengah, apalagi end user," ungkap Fang.
Namun, Fang mengingatkan agar di tengah semangat membeli rumah tahun ini, end user tetap berhati-hati dalam prosesnya. Harus lebih realistis, terutama yang berprofesi sebagai wirausaha karena potensi perambatan masih ada.
“Tahun Babi Tanah menurut riset akan mudah terjadi penipuan dan investasi bodong. Pastikan pikiran tetap jernih, kalau bisa beli dari developer terpercaya. Jangan lupa juga berkonsultasi dengan pakar sebelum membeli,” katanya.
Rumah.com Property Index memiliki akurasi data cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia. Data tersebut merupakan hasil analisis dari 400.000 listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.
“Quarter-on-quarter ( q-o-q), Rumah.com Property Price Index secara nasional meningkat 0,4%, melambat dibandingkan kuartal III yang mengalami kenaikan 2,3% (qo- q). Meski demikian, perlambatan ini cukup wajar.
Fokus masyarakat pada kuartal IV adalah menghabiskan akhir tahun dan menyambut liburan, bukan mencari properti atau berinvestasi,” ujar Country Manager Rumah.com Marine Novita .
Rumah.com Property Price Index DKI Jakarta pada kuartal IV/2018 mengalami kenaikan 0,1% (q-o-q), sedikit melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang meningkat 0,7% (q-o-q). Perlambatan ini menjadi indikasi harga properti hunian di Ibu Kota mendekati titik jenuh.
Saat ini pasar properti di DKI Jakarta lebih banyak tersedia untuk sektor menengah ke atas, sementara permintaan lebih banyak datang dari sektor menengah dan menengah-bawah.
Suplai ini lebih banyak tersedia di sekitar Ibu Kota, terutama Jawa Barat yang memiliki tiga kota yang menempel langsung ke Jakarta. “Jawa Barat sebagai salah satu penyumbang suplai residensial terbesar mengalami kenaikan harga 1,8% pada kuartal IV dibandingkan kuartal III.
Kenaikan ini mengalami percepatan, di mana pada kuartal III hanya meningkat 1,5%,” kata Marine. Marine mengakui, kemungkinan perlambatan berlanjut hingga pertengahan kuartal II tahun depan karena adanya Pemilu 2019.
Namun, dia optimistis dengan prospek kuartal III dan IV tahun ini. “Pelaku pasar properti memang masih wait and see . Namun, apa pun hasil Pemilu 2019, saya yakin pasar akan berjalan normal kembali. Sebenarnya mereka menunggu agar pasar kembali fokus, bukan menunggu siapa yang terpilih,” katanya.
Pemerintah telah melakukan sejumlah kebijakan yang mendukung pertumbuhan pasar properti, terutama di sektor residensial. Salah satu yang menarik adalah pelonggaran loan to value (LTV).
“Pelonggaran loan to value ini membuat pengembang bisa saja memberikan tawaran uang muka hingga serendah 0%, di mana tahun lalu masih sebesar 10%. Ini sangat baik karena sebagian besar kendala yang dialami masyarakat dalam membeli properti adalah uang muka,” ucap Marine.
Bagi masyarakat yang sedang mencari rumah untuk ditempati, Rumah.com memiliki konten yang memberikan banyak pengetahuan, terutama soal proyek properti yang sedang berjalan, salah satunya AreaInsider.
“Kami memiliki AreaInsider yang mengulas secara mendalam berbagai wilayah yang populer di masyarakat. Pencari properti bisa menemukan informasi seputar perkembangan area, pengembang yang tersedia, detail properti, hingga fasilitas umum yang terdapat di sekitar lokasi. Dengan demikian, pencari properti dapat mengambil keputusan membeli properti dengan percaya diri,” ungkap Marine.
(don)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kesabaran dan Kejujuran Kunci Sukses Bisnis Properti 2019"
Post a Comment