
loading...
Center of Innovation and Digital Economy Indef Hanif Muhammad menyebut persaingan antarbank akan semakin ketat dengan kehadiran teknologi keuangan (financial technology/fintech) yang lebih praktis.
Hal tersebut menurutnya terlihat dalam konteks konsumsi domestik, nilai transkasi uang elektronik, kartu debit dan kartu kredit yang sempat tumbuh 13,18% pada triwulan IV/2018, melambat signifikan di akhir 2019 menjadi hanya 3,85%.
Baca Juga:
"Hal ini dapat memperlihatkan konsumsi masyarakat yang menurun dan juga memperkuat argumen bahwa persaingan bank kian ketat, terutama dengan kehadiran fintech," ujar Hanif di Jakarta, Kamis (6/2/2020).
Menurutnya, saat ini masyarakat cenderung menggunakan aplikasi pembayaran yang terintegrasi dengan transportasi online, e-dagang, hiburan, dan sejenisnya yang terkoneksi dengan uang elektronik dan dompet digital yang berpengaruh signifikan terhadap uang yang beredar dan transaksi perbankan.
"Seperti Go Pay yang terintegrasi dengan Gojek atau OVO yang terintegrasi dengan Grab. Di sana kan ada juga pembelian tiket, hiburan, dan macam-macam," tuturnya.
Hingga pertengahan 2019, lanjutnya, setidaknya terdapat 38 dompet elektronik yang mendapatkan lisensi resmi dan jumlahnya akan terus meningkat seiring dengan terus berkembangnya dan terintegrasinya berbagai platform ekonomi digital.
Hanif menambahkan, pemerintah dan BI sebagai regilator dalam sistem pembayaran harus semakin aktif untuk terlibat dalam pengembangan solusi sistem pembayaran termasuk dalam isu blokchain dan cryprocurrency karena mengutamakan kemudahan.
"Beberapa negara telah mengkaji penggunaan mata uang kripto untuk menggantikan, bahkan Jerman saat ini telah sepenuhnya melegalkan bitcoin yang memungkinkan warga negara untuk bertransaksi dan berdagang," tandasnya.
(fjo)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Persaingan Sektor Perbankan Diprediksi Makin Ketat di 2020"
Post a Comment