loading...
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan, pelemahan pertumbuhan industri makanan dan minuman disebabkan permintaan pasar global untuk pangan olahan yang stagnan. Selain itu, ekspor Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah juga turun.
"Investasi di industri pangan pada tahun 2019 juga turun. Investasi dalam negeri turun sekitar 6%, sedangkan investasi asing turun sekitar 2%. Secara total turun. Ini yang mempengaruhi pertumbuhan itu," ujarnya usai business gathering di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Jumat (7/2/2020) malam.
Baca Juga:
Adhi melanjutkan, daya beli masyarakat khususnya kelas menengah bawah juga menurun. Hal ini juga tercermin pada kuartal IV/2019 yang menunjukkan daya beli sedikit melemah. Sementara daya beli kalangan menengah atas diperkirakan masih cukup kuat.
"Saya cek retailer Aprindo, mereka juga bilang yang kelas bawah ini menurun. Kalangan menengah bawah ini banyak mengandalkan income dari komoditi. Begitu komoditi melemah, harga turun, pendapatan kelas menengah juga turun," jelasnya.
Dia berharap di tengah stagnasi permintaan global ini, pemerintah bisa membantu meningkatkan konsumsi dalam negeri dengan memberi insentif.
Menurut Adhi, banyak negara yang sudah memberikan insentif untuk meningkatkan konsumsi seperti India dan Jepang. Saat ini masing-masing negara ingin menyelamatkan ekonominya dengan memberikan insentif, khususnya yang mendorong konsumsi.
"Kita harapkan pemerintah bisa membelanjakan pengeluarannya yang berdampak langsung terhadap meningkatkan pendapatan masyarakat. Jangan infrastruktur yang jangka panjang, mungkin agak dikurangi. Mungkin infrastruktur jangka pendek yang meningkatkan konsumsi dan pendapatan masyarakat ini lebih diperbesar," tuturnya.
(fjo)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tumbuh 7,8%, Gapmmi: Pertumbuhan Industri Mamin Tertekan Global"
Post a Comment