
loading...
Tetapi kini, semua pemangku kepentingan di Sembalun telah bertekad untuk berbenah. Dari kaki Gunung Rinjani yang keagungannya tak pernah berubah, mereka ingin menjadikan Sembalun kembali sebagai sentra bawang putih. Bersama komoditas lain utamanya padi, jagung, dan kedelai, bawang putih diharapkan mampu mendongkrak Indonesia sebagai jajaran negara yang berdaulat pangan.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) juga semakin fokus untuk mengembangkan program swasembada pangan termasuk bawang putih. Sehingga Sembalun sebagai tempat yang pernah mencatatkan diri sebagai sentra bawang putih pada masa lalu pun kembali dilirik untuk dibenahi.
Kondisi iklim Sembalun dan topografinya dikelilingi oleh bukit-bukit dengan puncak tertinggi gunung Rinjani memang sempat menguntungkan bagi budidaya bawang putih. Terlebih lagi saat ini komoditas bawang putih kian memiliki nilai ekonomis tinggi untuk pasar ekspor dengan harga yang relatif stabil.
"Sesuai data Kementerian Pertanian, saat ini propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki sharing produksi sebesar 60% terhadap total produksi bawang putih nasional. Dari jumlah itu Kabupaten Lombok Timur memiliki kontribusi 99% terhadap produksi bawang putih di NTB khususnya di lokasi pertanaman Kecamatan Sembalun," ungkap Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Pending Dadih Permana.
Luas Tanam bawang putih di NTB sendiri pada lima tahun terakhir mulai 2012 hingg 2016 adalah berturut turut 420 ha, 381 ha, 379 ha, 313 ha, dan 409 ha. Untuk mendukung peningkatan produksi bawang putih khususnya di sembalun tersebut, kendala utama yang dihadapi petani adalah ketersediaan air irigasi. Hal ini dikarenakan lahan untuk budidaya bawang putih berupa lahan tadah hujan yang tidak tersedia irigasinya.
Sarana irigasi yang sangat dibutuhkan petani antara lain berupa embung dan irigasi perpipaan/perpompaan. Embung maksud untuk menampung sumber air mata air dan dimanfaatkan pada musim kemarau. Sedangkan irigasi perpompan akan manfaatkan sumber air permukaan yang ada dengan cara memompa dan mengalirkan ke lahan.
"Dengan cara ini maka intensitas pertanaman bawang putih akan meningkat karena pada saat musim kemarau petani masih bisa melakukan pertanaman," jelasnya.
Dia menegaskan, pengembangan Kawasan bawang putih Sembalun mutlak memerlukan dukungan sarana dan prasarana baik sarana irigasi seperti embung dan perpipaan maupun infrastruktur jalan. Sembalun sendiri sudah memiliki lahan-lahan tegalan (tadah hujan) yang ukurannya dua kali lebih besar dibandingkan lahan sawah irigasi. Sayangnya infrastruktur jalan usaha tani masih sangat terbatas.
"Dalam rangka mendukung program swasembada bawang putih pada 2019 yang dicanangkan Menteri Pertanian, Ditjen PSP Kementan mendukung penuh dalam upaya pengembalian Sembalun sebagai gudang bawang putih. Terutama dalam hal penyediaan prasarana dan sarana pertanian, mulai dari penyediaan alat dan mesin pertanian hingga infrastruktur pengairan," tutur Pending Dadih.
Dalam upaya peningkatan ketersediaan air irigasi, Pending Dadih mengatakan, pada 2017 pihaknya membangun embung pertanian sebanyak 8 unit di kabupaten Lombok Timur melalui bantuan pemerintah yang dilaksanakan secara padat karya (cash for work). Sementara, di Sembalun telah dibangun embung pertanian menggunakan lapisan geomembrane sebanyak 4 unit dan 1 unit dam parit.
“Untuk lebih mendongkrak ketersediaan air di Sembalun, telah dibangun juga sistem irigasi perpipaan sebanyak 4 paket, dimana komponen kegiatannya meliputi pembangunan bak penampungan air serta pengadaan pipa,” katanya.
Dampak dari pembangunan infrastruktur ini diharapkan dapat meningkatkan luas tanam dan indeks pertanaman bawang putih pada lokasi tersebut. Selanjutnya pada tahun yang sama Kementan melalui Direktorat Jenderal Hortikultura telah mengalokasikan kegiatan pengembangan bawang putih seluas 500 ha.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kementan Bertekad Kembalikan Kejayaan Bawang Putih di Sembalun"
Post a Comment