Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Bisa Tingkatkan Sentimen Pasar

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2018 sebesar 5,27% secara year on year (Y-o-Y). Angka ini juga meningkat dibanding pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 yang mencapai 5,06%.

Menanggapi ini, analis dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada menilai bahwa pertumbuhan ekonomi yang meningkat bakal menggairahkan sentimen pasar. Namun pertumbuhan ekonomi juga harus lebih diperhatikan agar tidak menjadi ajang aksi ambil keuntungan pasar.

"Secara fundamental, adanya rilis pertumbuhan ini akan positif bagi pasar. Tapi di sisi lain, sentimen ini bisa jadi ajang aksi profit taking buat pelaku pasar yang memanfaatkan kenaikan IHSG atau bisa juga buat pelaku pasar yang sebelumnya saat IHSG di bawah, enggak sempat atau enggak berani ambil," ujar Reza di Jakarta, Senin (6/8/2018).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2018 ditopang oleh kenaikan harga komoditas, baik migas dan non migas, antara lain minyak mentah naik menjadi USD70,02 per barel.

Dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) yang tumbuh sebesar 8,71%. Ekonomi Indonesia kuartal II 2018 terhadap kuartal sebelumnya meningkat 4,21% (q-to-q).

Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 9,93%. Dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) yang meningkat signifikan sebesar 32,52%.

Ekonomi Indonesia semester I 2018 terhadap semester I-2017 tumbuh 5,17% (c-to-c). Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh semua lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi pada Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 8,82%. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi pada Komponen PK-LNPRT yang tumbuh sebesar 8,40%.

(ven)

Let's block ads! (Why?)