
loading...
Pada 2019 sektor makanan dan minuman diyakini terus menjadi primadona, terutama pada sektor industri pariwisata yang mengembangkan wisata kuliner. Pada 2018 Kementrian Perindustrian (Kemenperin) menyebut sektor makanan dan minuman berhasil menyumbang produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar 6,34%.
Baca Juga:
Capaian Kemenperin tersebut naik 0,23% dari tahun 2017 menjadi sebesar 6,21%. Sejak tahun lalu industri makanan dan minuman berhasil masuk dalam lima besar penyumbang PDB terbesar bersama industri lain seperti industri kimia, alat angkut, tekstil, dan teknologi.
Kemenperin mencatat sektor makanan dan minuman memiliki nilai investasi pada 2018 senilai Rp56,20 triliun. Pada proyeksi pertumbuhan nonmigas 2019, sektor industri makanan dan minuman diproyeksikan akan tumbuh tinggi sebesar 9,86%.
Adapun di industri kecil dan menengah (IKM), sektor makanan minuman menjadi penyumbang terbesar PDB bila dibandingkan dengan perusahaan besar. Direktur Jenderal IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan, pada 2017 IKM makanan dan minuman menyumbang 40% PDB sektor IKM secara keseluruhan.
“Tenaga kerja yang diserap mencapai 42,5 persen dari total jumlah pekerja di semua sektor IKM,” tutur Gati kepada KORAN SINDO. Menurutnya, IKM makanan dan minuman berhasil menjadi potensi wisata di Indonesia.
Pihak Kemenperin bahkan ikut fokus dalam pembinaan IKM yang berada dalam 10 destinasi wisata baru yang telah ditetapkan pemerintah beberapa waktu lalu. Ke-10 destinasi baru tersebut adalah Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Taman Wisata Candi Borobudur, Taman Nasional Bromo, Labuan Bajo, Pulau Murotai, Mandalika, dan Taman Wisata Wakatobi.
“Kemenperin menggunakan dana alokasi khusus (DAK) yang dimiliki setiap daerah. Kami mendorong kota, kabupaten untuk meningkatkan potensi kuliner mereka. Sama seperti sektor lain, kami memberikan pelatihan,” ujar Gati.
Dia mengungkapkan, pelatihan yang selalu dilakukan salah satunya mengenai pengemasan produk berupa makanan tradisional yang harus dijaga keasliannya. Pengemasan makanan akan menjadikan produk makanan menarik bagi konsumen sehingga dapat menjadi oleh-oleh khas daerah.
Bahkan wisatawan pun tak sedikit yang mencintai keripik, produk makanan olahan tradisional yang terbuat dari singkong, tempe, pisang, dan sebagainya.
“Setiap daerah pasti punya keripik khas masing-masing. Tidak lekang oleh waktu juga. Generasi milenial sekarang menyebutnya chips dengan beraneka rasa. Chips itu menjadi bahasa kekinian yang tak lain adalah keripik,” ungkapnya.
Sepuluh destinasi wisata yang dicanangkan Kemenpar tahun 2016, lanjut Gati, turut didukung Kemenperin dalam sektor kriya. Berbagai pelatihan dilakukan untuk membuat aneka kriya untuk oleh-oleh. Namun diakui Gati, potensi kuliner masih jauh lebih besar.
“Kuliner itu bisa dimakan di tempat atau dijadikan oleh-oleh. Wisatawan sekarang juga senangnya kalau ke daerah makan kuliner khas daerah tersebut,” tutur Gati.
Dia menyarankan adanya sinergi dari kementerian lain seperti Kementrian Pertanian. Menurutnya Indonesia kaya dengan rempah-rempah dan bumbu yang dapat dimulai untuk memberikan kemudahan bagi para pelaku IKM dalam pengembangan sektor kuliner.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Industri Kuliner Topang Ekonomi Nasional"
Post a Comment