loading...
“Secara umum, Gubernur Jawa Tengah dan Bupati Purbalingga telah sepakat dengan desain yang diusulkan PT Angkasa Pura II karena mengadopsi budaya Purbalingga dan Jawa Tengah,” ujar President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin di Jakarta, Jumat (7/2/2020).
Adapun konsep desain terminal Bandara Jenderal Besar Soedirman terinspirasi Gunung Slamet dan Sungai Serayu. “Gunung Slamet adalah gunung yang mempersatukan Kabupaten Purbalingga dengan kabupaten di sekitarnya. Sementara itu, Sungai Serayu bagi masyarakat Banyumas memiliki makna sangat penting yang terkait dengan alam semesta," ungkapnya.
Baca Juga:
Bandara Jenderal Besar Soedirman sendiri memang akan membuka akses transportasi udara bagi Barlingmascakeb, yaitu Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen. “Di gedung terminal penumpang, Gunung Slamet ditransformasikan menjadi bentuk atap Joglo di tengah. Sementara itu Sungai Serayu ditransformasikan menjadi bentuk lengkung sebagai atap di sisi kiri dan kanan. Kami menyebut keseluruhan konsep desain ini sebagai Dynamic meet Geometric,” ungkap Muhammad Awaluddin.
Terminal juga mengadopsi warrna tembaga pada pagar pendopo khas Purbalingga, serta warna natural dari kondisi alam Purbalingga. Selain itu interior terminal diperkaya dengan ornamen ukiran khas purbalingga, motif Batik Gowa Lawa, serta kerajinan Wayang Suket.
“Tidak lupa, konsep interior mengusung bentuk tandu yang diadaptasi menjadi geometris. Kita tahu, bahwa tandu adalah simbol daya juang Jenderal Besar Soedirman yang pantang menyerah saat bergerilya,” sambungnya.
Sementara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, desain terminal sudah mengedepankan kearifan dan budaya lokal. "Kami harapkan Bandara Jenderal Besar Soedirman akan menjadi kebanggaan baru dan mendukung pereknomian di Jawa Tengah," terang Ganjar.
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menuturkan kehadiran Bandara Jenderal Besar Soedirman sudah dinantikan sejak lama. "Masyarakat Purbalingga dan eks Karesidenan Banyumas sudah menantikan beroperasinya bandara ini," ujar Bupati Purbalingga.
Total, terminal penumpang memiliki luas 1.353 meter persegi, terdiri dari lobby keberangkatanm baggage pick up dan breakdown, commercial zone, office zone, musholla, toilet, boarding lounge, area security check point, baggage claim, dan service zone. Adapun kapasitas terminal dapat menampung sekitar 200.000 penumpang pesawat setiap tahunnya.
Pembangunan Sisi Udara
Adapun progres pembangunan sisi udara per 2 Februari 2020 sudah mencapai progres hingga 44,85%. Pembangunan di sisi udara itu adalah proyek runway berukuran 1.600 x 30 meter (progres konstruksi 52,73%), lalu apron domestik berukuran 69x103 meter dan taxiway berukuran 25x110 meter (progres 39,42%). Ditambah serta apron dan taxiway TNI AU (progres 44,23%).
Muhammad Awaluddin mengatakan PT Angkasa Pura II memang mempercepat pembangunan runway untuk melayani pesawat ATR 72 dan sejenisnya agar bandara sudah bisa digunakan untuk melayani penumpang pada periode Angkutan Lebaran 2020.
“Runway akan selesai supaya Bandara Jenderal Besar Soedirman bisa beroperasi secara terbatas untuk Angkutan Lebaran 2020, dengan memanfaatkan gedung terminal Landasan Udara yang saat ini sudah ada," paparnya
Guna memastikan operasional terbatas berjalan lancar, maka para stakeholder berencana menggelar focus group discussion (FGD) guna mendapat berbagai masukan. FGD rencananya digelar awal Maret 2020 dengan menghadirkan para pemangku kepentingan yaitu Kementerian Perhubungan, Otoritas Bandara, Pemerintah Provinsi, Pemda setempat, maskapai, pihak groundhandling, travel agent dan lain sebagainya.
(akr)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Desain Pembangunan Bandara Jenderal Soedirman Disetujui"
Post a Comment