
loading...
Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan, penurunan terbesar terjadi pada ekspor nonmigas pada komoditas lemak dan minyak hewani/ nabati sebesar 34,08% mtm atau USD703,2 juta. Menurutnya sangat mendesak bagi pemerintah agar membuka pasar ekspor baru di luar China yang tengah berkutat menghadapi wabah virus corona.
"Apapun penyebab turunnya nilai ekspor yang berdampak pada tingginya defisit neraca dagang, ke depannya tetap harus diupayakan untuk mendongkrak ekspor terutama ke negara-negara tradisional di luar China yang sedang suspect coronavirus," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Senin (17/2/2020).
Baca Juga:
Selain itu sambung Ryan, penerapan skema CEPA juga harus diperkuat untuk membuka pasar baru. "Paralel dengan itu, upaya mencari substitusi impor seperti program B30 dan seterusnya harus dijalankan dengan serius supaya defisit bisa ditekan, bahkan menciptakan surplus di bulan-bulan mendatang," katanya.
Sebagai informasi berdasarkan sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari 2020 naik 3,16% dibanding bulan yang sama tahun 2019, demikian juga ekspor hasil pertanian naik 4,54%. Sementara ekspor hasil tambang dan lainnya turun 19,15%.
Ekspor nonmigas Januari 2020 terbesar adalah ke China yaitu USD2,10 miliar, disusul Amerika Serikat USD1,62 miliar dan Jepang USD1,12 miliar dengan kontribusi ketiganya mencapai 38,41%. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar USD1,18 miliar.
(akr)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Neraca Dagang Kembali Defisit, Saatnya Dongkrak Ekspor di Luar China"
Post a Comment