loading...
“Bukan berarti kemampuan manajerial Pertamina lemah. Namun peningkatan manajerial penting karena tak jarang Pertamina harus membuat keputusan cepat jika terdapat beberapa case di lapangan,” kata Rovicky di Jakarta, Sabtu (4/8/2018).
Terkait itu pula Ia menegaskan, bahwa teknologi EOR bukan hambatan bagi Pertamina. Apalagi BUMN tersebut sudah sangat terbiasa menerapkan teknologi tersebut di berbagai lapangan yang dikelola. Seperti diketahui, Pertamina sudah menerapkan teknologi EOR di 16 lapangan alih kelola. Misalnya sumur eksplorasi Kumis-2 di Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Riau yang sebelumnya dikelola Chevron.
Di lokasi tersebut Pertamina menerapkan metode steamflooding dalam penggunaan teknologi EOR. Sedangkan di Struktur Gebang, Pangkalan Susu Field, Pertamina juga menerapkan teknologi EOR di 11 sumur melalui metode warterflooding.
“Jadi, memang tidak ada masalah dengan teknologi. Apalagi teknologi tersebut sudah terpasang dan terinstall di Blok Rokan sehingga Pertamina tinggal mempergunakan,” lanjut Rovicky.
Meski demikian Rovicky tetap mengingatkan Pertamina agar cermat menerapkan teknologi EOR di Blok Rokan, termasuk memperhitungkan perbedaan karakteristik lapangan. Sebab, masing-masing lapangan memang tidak sama, memiliki keunikan sendiri baik secara geologi dan juga jenis minyak.
Rovicky sendiri tidak menepis, bahwa teknologi EOR sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan produksi di Blok Rokan. Melalui EOR maka jumlah minyak yang bisa terambil bisa ditingkatkan. “Melalui EOR, minyak menjadi lebih encer sehingga lebih mudah dialirkan. Kalau tidak, minyak akan sulit untuk diambil karena seolah-olah lengket di batuan,” tegas Rovicky.
(akr)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ambil Alih Kelola Blok Rokan, Pertamina Harus Tingkatkan Kemampuan"
Post a Comment